Kamis, 04 Desember 2014

Interaksi Obat


Interaksi obat adalah perubahan aktivitas famakologi suatu obat dengan adanya pemakaian dengan obat lain atau dengan makanan, yang bisa meingkatkan efek, mengurangi efek, atau meningkatkan toksisitas.

Jenis interaksi :

1. Interaksi Farmaseutis, yaitu interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya : interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emuls atau terjadi pengendapan.

2. Interaksi Farmakokinetik, meliputi :
   a. Interaksi absorpsi, yaitu interaksi yang terjadi di saluran cerna karena :
  1. Interaksi langsung, yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antarsenyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Contoh : Interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang menyebabkan jumlah absorpsi keduanya menurun.
  2. Perubahan pH, yaitu saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin.
  3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus, yaitu semakin cepat obat sampai di usus (cepat pengosongan ambung) semakin cepat pula obat diabsorbsi, kadar dalam darah cepat. Demikian sebaliknya.

   b.  Interaksi distribusi, yaitu di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Senyawa yang asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan αglikoprotein. Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan dengan protein plasma, sehingga proses distribusi terganggu (terjadi pengikatan salah satu distribusi obat ke jaringan).

   c.  Interaksi metabolisme, meliputi :
  1. Hambatan metabolisme, yaitu pemberian suau obat bersamaan dengan obat lain yang enzim     pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menaikkan kadar       salah satu obat dalam plasma, sehingga meningkakan efeknya atau toksisitasnya. Contohnya : pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat menyebabkan meningkatnya kadar S-warfarin dan terjadi pendarahan.
  2. Induktor enzim, yaitu pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim                   pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat menurunkan kadar obatdalam plasma, sehingga menurunkan efeknya atau toksisitasnya. Contohnya : pemberian estradiol   dengan rifampisin akan menyebabkan kadar estradiol menurun dan efektivitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
   d. Interaksi ekskresi, meliputi :
  1. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat, yaitu jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat yang dapat menimbulkan efek toksik. Contohnya : digoksin diberikan bersamaan dngan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.
  2. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal, yaitu jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transpor aktif yang sama dapat menyebabkan hambatan sekresi. Contohnya : jika penisilin diberikan bersama probenesid maka akan menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.
  3. Perubahan pH urin, yaitu bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Contohnya : pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskresi pseudoefedrin. Ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudoefedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
3. Interaksi Farmakodinamik, yaitu interaksi antar obat (yang diberikan bersamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakodinaik meliputi :
  1. Aditif (efek obat A = 1 ; efek obat B = 1; efek kombinasi keduanya = 2)
  2. Potensiasi (efek obat A = 0 ; efek obat B = 1 ; efek kombinasi keduanya = 2)
  3. Sinergisme (efek obat A = 1 ; efek obat B = 1 ; efek kombinasi keduanya = 3)
  4. Antagonisme (efek obat A= 1 ; efek obat B = 1 ; efek kombinasi keduanya = 0)
Semoga bermanfaat ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar